Kamis, 17 Desember 2015

Gelar Kehormatan dari Adat Lampung Sai Batin dianugerahkan ke 3 Pejabat Pringsewu

Tiga pejabat di lingkungan kabupaten Pringsewu menerima gelar kehormatan dari masyarakat adat Lampung Sai Batin di Kecamatan Pardasuka, Senin 14/12/2015.

Gelar ini diberikan dalam acara Anjau Muahi, kepada bupati Pringsewu Sujadi Saddat, wakil bupati Pringsewu Handitya Narapaty dan Ketua DPRD Ilyasa.
Pemberian gelar dilakukan langsung oleh ketua adat yaitu Suttan Bandakh Makhga kepada Sujadi dengan gelar Prabu Dalom Sai Batin, Handitya Narapati bergelar Mangku Praja Adipati Sai Batin dan Ilyasa dengan Cahya Ratu Makhga Sai Batin.

Anjakh muakhi sendiri adalah kebiasaan masyarakat dalam aacara perhelatan budaya Lampung Sai Batin, yang biasanya diselenggarakan pada perhelatan disaat pemangku adat melaksanakan sebuah acara dalam rangka menyambung silaturahmi.
Tradisi  ajau muakhi ini merupakan sebuah awal dimulainya bentuk-bentuk persaudaraan yang dibalut dengan dinamika kerja sama secara konstruktif, antara penyimbang adat dan pemangku kekuasaan sebagai bentuk jalinan persaudaraan dengan memakaikan pakaian adat kehormatan adat lampung sai batin.

Dalam sambutannya, Suttan Bandakh Makhga mengatakan penghargaan ini sesuai dengan hukum adat yang ada, sebagai wujud silaturahmi dan juga sebagai upaya kerja sama dalam membangun masyarakat pringsewu yang lebih berbudaya.

“Kita tahu budaya sekarang ini hampir punah ditelan zaman, terpengaruh oleh modernisasi. Kalau tidak ada andil dari pemerintah serta peran masyarakat itu sendiri maka budaya akan tenggelam dan terpendam,” ungkapnya.
Selanjutnya suttan Bandakh Makhga yang mempunyai nama asli Edyalis ini juga berharap dukungan dan bimbingan dari Pemerintah Kabupaten Pringsewu dalam melestarikan setiap kegiatan budaya khususnya seni Budaya Lampung Sai Batin ini.(*)
suber: Jejamo.com

Rabu, 16 Desember 2015

Pardasuka Potensi Budaya Lampung Sai Batin di Kabupaten Pringsewu

Penghargaan dan pemberian Gelar pada acara Anjau Muakhi
Anjau Muakhi, penyerahan gelar kehormatan dari adat
Lampung Sai Batindi Kecamatan Pardasuka, Minggu 14/12/2015
Kecamatan Pardasuka adalah satu Kecamatan di wilayah Kabupaten Pringsewu. Suku Lampung menjadi suku  minoritas di kabupaten Pringsewu dari sembilan kecamatan yang ada dengan mayoritas penduduknya bersuku Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pardasuka yang mayoritas penduduknya adalah etnis Lampung sampai saat ini berhasil mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Lampung Sai Batin (Lampung Pesisir) secara utuh.

Kecamatan Pardasuka berada di selatan wilayah Pringsewu, dan Pardasuka menjadi satu-satunya kecamatan dengan penduduk asli Lampung Sai Batin terbanyak di Pringsewu. Penduduk asli Lampung Sai Batin tersebar di lima pekon di Kecamatan Pardasuka, yakni Pardasuka Induk, Pardasuka Timur, Pardasuka Selatan, Tanjung Rusia dan Pekon Suka Negeri. Sementara itu di Pekon-pekon lain banyak juga dihuni oleh masyarakat suku Jawa, Sunda, Semende, dan etnis Serang.
Menariknya budaya Lampung Sai Batin ini masih terjaga baik sampai saat ini, bahkan upaya pelestarian terus dilakukan dengan menjaga keutuhan cagar budaya yang ada.


Salah satu upaya pelestarian budaya Sai Batin adalah pemberian gelar kehormatan kepada pihak-pihak tertentu, seperti bupati, wakil bupati ketua DPRD dan lainnya yang dianggap memenuhi syarat.

Budaya ini disebut “Anjau Muakhi”, yang juga bertujuan untuk menyambung tali silaturahmi dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat, seperti yang berlangsung di kecamatan setempat, Senin 14/12/2015.
Bupati Pringsewu Sujadi, wakil bupati Pringsewu  Handitya Narapati dan Ketua DPRD Pringsewu Ilyasa mendapatkan gelar kehormatan oleh penyeimbang adat bandakh makhga kecamatan pardasuka Pringsewu.
Ketua Adat Lampung Sai Batin, Suttan Bandakh Makhga, mengatakan penghargaan ini sesuai dengan hukum adat yang ada, sebagai wujud silaturahmi dan juga sebagai upaya kerja sama dalam membangun masyarakat pringsewu yang lebih berbudaya.

“Kita tahu budaya sekarang ini hampir punah ditelan zaman, terpengaruh oleh modernisasi. Kalau tidak ada andil dari pemerintah serta peran masyarakat itu sendiri maka udaya akan tenggelam dan terpendam,” ungkapnya.(*) sumber: Jejamo.com